Tanwir Muhammadiyah 2024, salah satu agenda besar Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, akan diselenggarakan di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada 4 hingga 6 Desember 2024. Tanwir, permusyawaratan tertinggi setelah Muktamar, kali ini diadakan bersamaan dengan peringatan Milad ke-112 Muhammadiyah.
Kupang dipilih sebagai lokasi acara untuk memperkuat syiar Islam di wilayah dengan mayoritas non-Muslim ini. Dengan tema “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua,” Muhammadiyah ingin menegaskan komitmennya dalam membangun kesejahteraan yang merata di seluruh Indonesia, termasuk di NTT.
Tanwir Muhammadiyah 2024: Apa yang Akan Dibahas?
Tema Besar: “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua”
Tema yang diusung dalam Tanwir Muhammadiyah 2024 ini mengacu pada tujuan besar Muhammadiyah untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menjelaskan bahwa konsep kemakmuran ini mengacu pada nilai keindonesiaan seperti “Gemah Ripah Loh Jinawi” dan nilai Islam “Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur.”
“Kemakmuran adalah kondisi di mana rakyat bisa hidup bahagia secara jasmani dan rohani karena seluruh kebutuhan mereka terpenuhi,” ujar Haedar. Melalui Tanwir, Muhammadiyah akan membahas program strategis yang sinergis dengan pemerintah dan masyarakat untuk mencapai cita-cita tersebut.
Agenda Tanwir Muhammadiyah 2024
Tanwir Muhammadiyah 2024 akan dihadiri 350 peserta yang terdiri dari Pimpinan Pusat, perwakilan Pimpinan Wilayah, dan Organisasi Otonom Muhammadiyah. Beberapa agenda utama yang akan dibahas, antara lain:
- Penyusunan Program Kerja: Fokus pada pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.
- Evaluasi Strategi Dakwah: Menyesuaikan langkah dakwah Muhammadiyah dengan tantangan zaman.
- Kolaborasi dengan Pemerintah: Meningkatkan sinergi dengan berbagai pihak untuk menciptakan kesejahteraan rakyat.
Acara pembukaan Tanwir akan diadakan di Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK) dan dijadwalkan dihadiri Presiden Prabowo Subianto. Kehadiran tokoh nasional dan elite Muhammadiyah diharapkan memperkuat pesan syiar Islam di kawasan ini.
Sejarah Masuknya Islam di NTT: Menguatkan Tanwir Muhammadiyah 2024
Islam Masuk Melalui Jalur Perdagangan
Islam pertama kali masuk ke NTT sekitar abad ke-15 melalui jalur perdagangan. Syahbudin bin Salman Al Faris, seorang pedagang asal Palembang, dikenal sebagai salah satu tokoh yang mengenalkan Islam di kawasan ini. Pendekatannya yang halus dan kekeluargaan berhasil menarik perhatian Raja Sangaji Dasi, yang menjadi mualaf pertama di NTT.
Keluarga besar Sangaji Dasi dan para pengikutnya juga memeluk Islam. Dalam perjalanannya, Syahbudin, yang kemudian dikenal sebagai Sultan Menanga, mendirikan kampung Muslim pertama di Menanga. Dari sana, Islam menyebar ke berbagai wilayah seperti Alor, Flores, Timor, dan Sumba.
Kerajaan Islam di NTT
Pada masa lalu, terdapat beberapa kerajaan Islam di NTT, seperti Lohayang, Lamakera, dan Labala. Kerajaan-kerajaan ini memainkan peran penting dalam melawan kolonial Portugis dan menyebarkan Islam di wilayah tersebut. Meski kerajaan-kerajaan ini kini telah punah, peninggalannya tetap menjadi saksi sejarah penyebaran Islam di NTT.
Salah satu peninggalan yang masih dapat dilihat hingga kini adalah Masjid At-Taqwa Lerabaing di Alor, yang dibangun oleh Sultan Kimales Gogo.
Muhammadiyah di NTT: Membangun untuk Semua
Amal Usaha Muhammadiyah di NTT
Muhammadiyah telah lama berkiprah di NTT melalui berbagai amal usaha di bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial. Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK) adalah salah satu contoh keberhasilan Muhammadiyah dalam memberikan kontribusi nyata di wilayah ini.
Selain pendidikan tinggi, Muhammadiyah juga memiliki sekolah-sekolah dasar dan menengah, serta layanan kesehatan yang membantu masyarakat setempat tanpa membedakan latar belakang agama.
Komitmen untuk Kemakmuran Bersama
Melalui Tanwir Muhammadiyah 2024, Muhammadiyah ingin menegaskan kembali komitmennya untuk menghadirkan kemakmuran yang inklusif. Dalam pidatonya, Haedar Nashir menyebut bahwa Muhammadiyah tidak hanya fokus pada umat Islam, tetapi juga seluruh masyarakat Indonesia.
“Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Oleh karena itu, Muhammadiyah hadir untuk memberikan manfaat bagi semua, tanpa membeda-bedakan,” ujar Haedar.
Logo Tanwir Muhammadiyah 2024: Mengangkat Kearifan Lokal
Logo resmi Tanwir Muhammadiyah ke-112 mengambil inspirasi dari alat musik tradisional NTT, sasando. Sasando melambangkan harmoni dan kebersamaan, yang sejalan dengan tema “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua.”
Pemilihan sasando sebagai elemen utama logo juga menjadi bentuk penghormatan terhadap budaya lokal NTT, sekaligus menunjukkan bagaimana Islam dapat berjalan harmonis dengan tradisi setempat.
Harapan dari Tanwir Muhammadiyah 2024
Meningkatkan Sinergi Nasional
Dengan menggabungkan peringatan Milad ke-112 dan Tanwir Muhammadiyah 2024, Muhammadiyah berharap dapat menyampaikan pesan yang lebih kuat kepada masyarakat luas. Kegiatan ini juga diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat sinergi antara Muhammadiyah, pemerintah, dan masyarakat dalam membangun bangsa yang lebih sejahtera.
Dakwah yang Berkelanjutan
Pemilihan Kupang sebagai lokasi Tanwir menunjukkan tekad Muhammadiyah untuk terus memperkuat syiar Islam di wilayah dengan mayoritas non-Muslim. Muhammadiyah ingin menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi semua.
Tanwir Muhammadiyah 2024 adalah wujud nyata dari semangat kebersamaan dan visi besar Muhammadiyah untuk membangun bangsa yang adil dan makmur. Dengan tema “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua,” Muhammadiyah tidak hanya fokus pada agenda internal, tetapi juga kontribusi nyata bagi masyarakat luas.
Melalui Tanwir di Kupang, Muhammadiyah menunjukkan bahwa syiar Islam dapat berjalan harmonis dengan budaya lokal, dan bahwa kemakmuran adalah hak setiap warga negara. Acara ini diharapkan menjadi inspirasi bagi seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita bangsa yang sejahtera.