Kasus pendaki hilang di gunung binaiya kembali mengingatkan kita pada risiko tinggi dalam aktivitas pendakian gunung di wilayah Indonesia Timur. Seorang pendaki asal Bogor dikabarkan menghilang di tengah perjalanan saat mendaki Gunung Binaiya, puncak tertinggi di Provinsi Maluku. Kejadian ini terjadi di kawasan Taman Nasional Manusela, yang memang dikenal memiliki jalur pendakian cukup ekstrem dan jarang dilalui.
Tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas Ambon, relawan lokal, dan petugas taman nasional telah dikerahkan untuk melakukan operasi pencarian. Namun, hingga saat artikel ini ditulis, keberadaan pendaki tersebut masih belum diketahui secara pasti. Pihak Balai Taman Nasional Manusela bahkan terpaksa menutup sementara semua aktivitas wisata dan pendakian gunung binaiya demi keselamatan para pendaki lainnya dan memfokuskan upaya pencarian.
Kronologi Pendaki Hilang dan Proses Evakuasi
Kasus ini bermula ketika satu rombongan pendaki yang sedang melakukan ekspedisi ke puncak Gunung Binaiya melaporkan bahwa salah satu anggotanya tidak kembali ke pos peristirahatan. Rombongan tersebut berasal dari luar daerah dan diketahui sudah mendapatkan izin resmi sebelum mendaki. Hilangnya salah satu anggota terjadi di jalur pendakian yang dikenal sangat terjal dan bervegetasi lebat.
Tim SAR bergerak cepat setelah menerima laporan dan langsung menurunkan personel ke jalur-jalur kritis di kawasan pegunungan tersebut. Proses pencarian terkendala cuaca yang kerap berubah-ubah dan sulitnya sinyal komunikasi di area pegunungan. Bahkan, beberapa relawan yang sudah terbiasa dengan medan di kawasan Manusela pun mengakui bahwa pencarian di jalur pendakian gunung binaiya sangat menantang.
Pendakian gunung binaiya memang tergolong berisiko tinggi jika tidak dilakukan dengan persiapan matang. Gunung ini memiliki ketinggian 3.027 mdpl dan merupakan salah satu dari Seven Summits Indonesia. Jalurnya melalui hutan hujan tropis yang lebat, tebing terjal, serta sungai kecil yang melintasi lintasan pendakian.
Profil Gunung Binaiya dan Tantangan Pendakian
Gunung Binaiya merupakan gunung tertinggi di kawasan Kepulauan Maluku dan menjadi destinasi favorit para pendaki profesional. Lokasinya berada di Pulau Seram dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Maluku Tengah. Gunung ini berdiri megah setinggi 3.027 meter di atas permukaan laut, menjadikannya sebagai salah satu tantangan utama dalam proyek Seven Summits Indonesia.
Pendakian gunung binaiya biasanya dilakukan melalui dua jalur utama, yakni jalur Piliana dan jalur Kanikeh. Jalur Piliana menjadi jalur resmi dan paling umum dipilih pendaki karena relatif lebih aman, meskipun tetap memerlukan waktu sekitar 6–7 hari perjalanan pulang pergi.
Selain itu, biaya pendakian gunung binaiya juga tergolong cukup tinggi karena melibatkan logistik, porter lokal, serta izin masuk kawasan konservasi. Estimasi biaya berkisar antara 3 hingga 6 juta rupiah per orang, tergantung durasi dan jumlah anggota rombongan. Karena itulah, tidak semua pendaki pemula disarankan untuk melakukan ekspedisi ke Binaiya tanpa pengalaman cukup.
Penutupan Sementara Jalur Pendakian Gunung Binaiya
Terkait kasus pendaki hilang di gunung binaiya, pihak Balai Taman Nasional Manusela mengeluarkan pengumuman resmi pada akhir April 2025 tentang penutupan sementara jalur pendakian. Penutupan ini dilakukan guna memastikan upaya pencarian berjalan maksimal tanpa gangguan aktivitas wisata lainnya.
Langkah ini mendapat dukungan dari berbagai komunitas pendaki dan pegiat konservasi. Mereka sepakat bahwa keselamatan jiwa lebih utama dibanding target ekspedisi atau pencapaian pribadi. Hingga proses pencarian membuahkan hasil, tidak ada izin pendakian baru yang dikeluarkan, dan semua pemegang izin sebelumnya diminta membatalkan atau menjadwal ulang kegiatan.
Selain membantu pencarian, komunitas juga mengingatkan pentingnya sistem pendakian berbasis pelaporan digital, penggunaan GPS tracker, dan pelatihan navigasi sebelum mendaki gunung sekelas Binaiya.
Peran Tim SAR dan Relawan Lokal
Dalam kasus ini, peran relawan lokal sangat penting karena mereka memiliki pengetahuan medan yang lebih baik. Beberapa penduduk desa yang tinggal di sekitar hutan Manusela turut membantu pencarian dengan memberikan informasi jalur alternatif dan titik-titik rawan yang mungkin terlewati pendaki.
Koordinasi dilakukan secara terpadu antara Basarnas, aparat TNI/Polri, dan Balai Taman Nasional Manusela. Proses pencarian dilakukan setiap hari mulai pagi hingga sore, dengan tetap memperhatikan keselamatan tim pencari. Pihak keluarga pendaki yang hilang juga terus diberi pembaruan oleh tim lapangan.
Meski operasi berjalan sulit, harapan masih ada. Beberapa kasus hilangnya pendaki di gunung lain sebelumnya pernah berhasil ditemukan selamat meskipun setelah beberapa hari. Karena itu, semua pihak diminta tetap sabar dan terus mendukung upaya pencarian dengan doa dan bantuan logistik.
Edukasi Keselamatan untuk Pendakian Gunung Binaiya
Tragedi ini sekaligus menjadi pelajaran penting bagi seluruh pendaki, terutama yang ingin menaklukkan Gunung Binaiya. Edukasi mengenai keselamatan harus diperkuat, mulai dari teknis navigasi, penggunaan kompas dan peta, hingga manajemen logistik dan komunikasi darurat. Jalur pendakian gunung binaiya bukan hanya soal kekuatan fisik, tapi juga mental, strategi, dan kerja tim.
Organisasi pecinta alam dan komunitas pendaki pun diharapkan makin gencar melakukan pelatihan open trip yang mengedepankan protokol keselamatan. Selain itu, sinergi dengan pihak taman nasional juga bisa diwujudkan dalam bentuk penyediaan jalur evakuasi, pembangunan shelter darurat, dan pemasangan rambu-rambu navigasi di titik-titik rawan.
Dengan tragedi ini, kita berharap pemerintah lebih serius menata sistem perizinan dan pelaporan pendakian, serta memberikan edukasi langsung bagi para calon pendaki melalui media sosial, situs taman nasional, dan aplikasi khusus pelaporan jalur gunung.