Berita penutupan Tupperware di Indonesia menjadi viral karena selama ini produk mereka sangat identik dengan gaya hidup rumah tangga, terutama di kalangan ibu rumah tangga. Dikenal karena kualitas dan ketahanannya, Tupperware justru gagal mempertahankan relevansi di tengah persaingan yang semakin ketat dan perilaku konsumen yang berubah drastis. Artikel ini akan membedah secara lengkap alasan kenapa tupperware bangkrut berdasarkan berbagai sumber tepercaya.
Sejarah dan Perjalanan Tupperware di Indonesia
Sebelum memahami alasan kenapa perusahaan tupperware bangkrut, penting untuk melihat bagaimana brand ini memulai kiprahnya di Indonesia. Tupperware masuk pasar Indonesia pada awal 1990-an dan langsung populer karena sistem penjualannya yang unik: melalui home party dan jaringan reseller. Metode ini efektif saat itu karena belum banyak pesaing dan masyarakat Indonesia menyukai produk berkualitas.
Namun, seiring perkembangan zaman, strategi pemasaran tersebut mulai dianggap usang. Ketika pesaing menggunakan platform e-commerce dan media sosial untuk menjangkau konsumen, Tupperware masih bertahan dengan model distribusi konvensional yang mulai ditinggalkan. Inilah salah satu alasan kenapa tupperware mahal dan dianggap tidak lagi efisien oleh sebagian konsumen.
Harga Mahal dan Tidak Kompetitif di Era Digital
Salah satu penyebab utama kenapa tupperware bangkrut adalah soal harga. Produk Tupperware memang dikenal awet dan premium, tetapi di era digital seperti sekarang, konsumen punya banyak pilihan dengan harga lebih terjangkau dan fitur serupa. Mereka bisa dengan mudah membandingkan produk lain melalui marketplace seperti Tokopedia, Shopee, dan lainnya.
Banyak konsumen mulai meninggalkan Tupperware karena merasa harganya tidak sebanding dengan manfaat yang ditawarkan. Di sisi lain, brand lokal maupun impor menawarkan kontainer makanan dengan desain kekinian, harga bersaing, dan strategi promosi agresif di media sosial. Akibatnya, Tupperware kehilangan pasar secara perlahan.
Alasan kenapa tupperware bangkrut bukan semata karena kualitasnya menurun, melainkan karena mereka gagal melakukan transformasi harga dan promosi yang relevan dengan generasi konsumen baru.
Ketinggalan Strategi Pemasaran Digital
Kenapa perusahaan tupperware bangkrut juga berkaitan erat dengan kegagalan mereka dalam mengadopsi teknologi digital. Di saat brand lain memanfaatkan TikTok, Instagram, hingga live shopping, Tupperware masih mengandalkan home party dan reseller yang sebagian besar tidak melek digital.
Padahal, era sekarang menuntut keterlibatan langsung antara brand dan konsumen melalui media digital. Tupperware seakan kehilangan daya tarik karena tidak hadir di platform yang digunakan oleh konsumen masa kini. Bahkan, ketika pandemi memaksa brand lain beralih ke digital, Tupperware tetap lambat beradaptasi.
Akibatnya, perusahaan tupperware bangkrut karena tak mampu menarik minat generasi muda, yang kini menjadi target utama berbagai produk rumah tangga.
Penurunan Penjualan dan Tekanan Biaya Operasional
Data dari laporan keuangan global dan pernyataan perusahaan menunjukkan bahwa penjualan Tupperware secara global juga mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini juga dirasakan di Indonesia. Dengan biaya operasional yang tinggi dan jaringan distribusi yang kompleks, perusahaan kesulitan bertahan di tengah volume penjualan yang stagnan bahkan menurun.
Tutupnya gerai fisik dan pusat distribusi Tupperware di Indonesia menjadi bukti nyata bahwa mereka tidak mampu lagi membiayai operasional yang tidak efisien. Bahkan promosi loyalitas dan diskon besar yang sempat digalakkan tidak cukup membangkitkan penjualan.
Ini memperkuat alasan kenapa tupperware bangkrut karena beban biaya yang tak sebanding dengan pemasukan, ditambah penurunan minat pasar secara keseluruhan.
Resmi Tutup Operasi di Indonesia per Januari 2025

Pada awal Januari 2025, Tupperware Indonesia mengumumkan secara resmi bahwa mereka menghentikan seluruh kegiatan operasional. Ini mencakup distribusi produk, layanan purna jual, hingga aktivitas penjualan. Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, termasuk mitra bisnis, reseller, dan konsumen setia yang telah menggunakan Tupperware selama puluhan tahun.
Perusahaan menyampaikan ucapan terima kasih dan meminta maaf kepada konsumen atas segala ketidaknyamanan. Meski begitu, pihak Tupperware juga menyarankan agar konsumen tetap menyimpan bukti pembelian untuk klaim garansi yang bisa dialihkan ke pihak terkait di luar negeri.
Kabar bahwa perusahaan tupperware bangkrut ini menutup babak panjang keberadaan brand legendaris di Indonesia. Namun, ini juga menjadi cermin bahwa dalam dunia bisnis, tak ada yang bisa bertahan jika tidak mampu beradaptasi.
FAQ
Kenapa Tupperware bangkrut di Indonesia?
Karena kalah bersaing di era digital, strategi pemasaran yang ketinggalan zaman, dan harga produk yang dinilai terlalu mahal.
Apa alasan utama kenapa Tupperware mahal?
Produk Tupperware dibuat dari bahan premium dan sistem distribusinya membuat harga lebih tinggi dibanding produk sejenis.
Apa dampak dari tutupnya Tupperware?
Konsumen kehilangan akses terhadap layanan resmi, dan reseller harus mencari alternatif brand.
Kapan Tupperware resmi tutup di Indonesia?
Per 31 Januari 2025, seluruh operasional Tupperware Indonesia dihentikan.
Apakah produk Tupperware masih dijual?
Produk bisa saja masih dijual oleh distributor pihak ketiga, tetapi bukan lagi dari Tupperware Indonesia secara resmi.