Kebijakan baru dari tokoh politik Dedi Mulyadi menarik perhatian publik sejak diumumkan pada akhir April 2025. Program ini menargetkan para pelajar yang dianggap bermasalah atau melakukan pelanggaran kedisiplinan berat di sekolah. Dengan nama yang cukup tegas, kebijakan ini dikenal sebagai program barak militer untuk siswa. Tujuannya bukan untuk menghukum, tetapi untuk membentuk karakter melalui pelatihan kedisiplinan yang ketat.
Kriteria siswa yang masuk barak militer telah dirumuskan secara rinci oleh tim Dedi Mulyadi, dan program ini akan mulai diberlakukan efektif pada 2 Mei 2025. Program ini akan berlangsung selama enam bulan dan melibatkan pelatihan fisik serta pembinaan mental dan etika. Banyak pihak mendukung kebijakan ini karena dinilai bisa menjadi solusi atas maraknya kenakalan remaja, bullying, dan kurangnya rasa hormat terhadap guru serta orang tua.
Siapa Saja yang Masuk Barak Militer?
Salah satu pertanyaan yang paling banyak diajukan adalah: siapa yang akan masuk ke barak militer? Dalam keterangannya, Dedi Mulyadi menyebutkan bahwa program ini diperuntukkan bagi siswa yang terbukti melakukan pelanggaran berulang di lingkungan sekolah. Fokus utamanya adalah pada siswa yang sudah mendapatkan peringatan berkali-kali dari pihak sekolah namun tetap mengulangi pelanggaran yang sama.
Kriteria siswa yang masuk barak militer meliputi:
- Siswa yang terlibat dalam aksi bullying atau kekerasan fisik.
- Siswa yang sering membolos dan tidak hadir tanpa alasan jelas.
- Siswa yang terlibat dalam penggunaan atau penyalahgunaan gadget berlebihan, termasuk kecanduan game seperti Mobile Legends.
- Siswa yang melawan guru atau orang tua secara terang-terangan.
- Siswa yang sudah tiga kali mendapatkan surat peringatan dari pihak sekolah.
Kebijakan ini memang kontroversial, tetapi Dedi Mulyadi menekankan bahwa ini adalah bentuk kasih sayang yang keras—bukan untuk menyiksa, melainkan untuk menyelamatkan masa depan anak-anak yang berpotensi tersesat jika tidak diarahkan dengan benar.
Sistem dan Mekanisme Seleksi Peserta Barak Militer
Program ini tidak serta-merta memasukkan siswa ke barak militer tanpa kajian. Proses seleksi dilakukan melalui koordinasi antara guru, wali kelas, kepala sekolah, dan orang tua siswa. Setiap calon peserta akan dievaluasi secara psikologis dan perilaku sebelum ditetapkan sebagai peserta program.
Barak militer Dedi Mulyadi bukan tempat tahanan. Di tempat ini, siswa akan dibimbing oleh pelatih dari kalangan militer, psikolog pendidikan, dan tokoh masyarakat. Materi yang diberikan mencakup pelatihan fisik, kedisiplinan, etika, serta pembinaan spiritual dan sosial. Harapannya, setelah enam bulan mengikuti program, para siswa akan kembali ke sekolah dengan semangat baru dan perubahan perilaku yang nyata.
Program ini juga bersifat rehabilitatif. Jika selama pembinaan siswa menunjukkan perubahan sikap yang signifikan, mereka dapat direkomendasikan untuk kembali ke lingkungan pendidikan reguler sebelum masa enam bulan berakhir.
Reaksi Publik dan Dunia Pendidikan
Tak bisa dipungkiri, kebijakan ini menuai pro dan kontra. Beberapa pihak menilai pendekatan semi-militeristik dalam pendidikan bisa melanggar hak anak, namun banyak juga yang mendukung langkah tegas Dedi Mulyadi. Terutama di tengah meningkatnya kasus pelanggaran disiplin dan kurangnya penghormatan terhadap otoritas sekolah.
Program ini disebut sebagai tindakan pencegahan sebelum anak-anak masuk ke dunia kriminalitas. Banyak orang tua yang menyambut baik kebijakan ini karena mereka juga kewalahan menghadapi anak-anak yang susah diatur di rumah. Guru-guru pun merasa didukung karena selama ini mereka sering tidak memiliki wewenang cukup untuk menegakkan disiplin.
Kritik datang dari beberapa aktivis pendidikan yang khawatir akan dampak psikologis terhadap anak. Namun, tim Dedi Mulyadi telah menegaskan bahwa pendekatan yang digunakan bukan kekerasan, melainkan pendekatan keras namun manusiawi dan penuh pembinaan.
Tujuan Jangka Panjang Program Barak Militer
Melalui kriteria siswa yang masuk barak militer, program ini diharapkan dapat menjadi model alternatif dalam pembinaan karakter anak bangsa. Tujuan jangka panjangnya bukan hanya menekan angka pelanggaran di sekolah, tetapi juga menciptakan generasi muda yang lebih disiplin, tangguh, dan bertanggung jawab.
Dedi Mulyadi menyebutkan bahwa jika program ini berhasil, maka ia akan mengusulkan penerapannya secara nasional. Dengan catatan, program ini harus disesuaikan dengan karakteristik daerah dan mendapatkan pendampingan dari psikolog serta tenaga ahli lainnya.
Selain itu, keberadaan barak militer bisa menjadi wadah untuk menemukan potensi tersembunyi dari anak-anak yang dianggap nakal. Banyak dari mereka yang sebenarnya memiliki bakat kepemimpinan dan jiwa solidaritas tinggi, hanya saja tidak tersalurkan secara positif.