Masyarakat pesisir selatan Banyuwangi kembali menggelar tradisi tahunan yang penuh makna dan spiritualitas tinggi, yaitu petik laut muncar 2025. Tradisi ini menjadi peristiwa yang selalu ditunggu karena bukan hanya menjadi simbol syukur para nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap laut yang menjadi sumber penghidupan utama. Dengan berbagai rangkaian ritual yang dijalankan penuh kekhidmatan, petik laut muncar selalu sukses menarik perhatian warga lokal hingga wisatawan luar daerah.
Digelar di kawasan Pelabuhan Muncar, acara ini tahun ini memasuki usia ke-124 dan menampilkan rangkaian kegiatan yang mencerminkan kekayaan budaya maritim Indonesia. Puncak acara petik laut muncar 2025 diawali dengan kirab perahu hias atau perahu gitik yang diikuti ratusan kapal nelayan. Masing-masing perahu dihias dengan nuansa warna-warni dan berbagai simbol keagamaan serta budaya lokal, menjadikan pemandangan laut Muncar begitu semarak dan sakral dalam waktu yang bersamaan.
Sejarah dan Makna Filosofis Petik Laut Muncar
Tradisi petik laut telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan nelayan Muncar. Dikenal sebagai salah satu pelabuhan terbesar di Indonesia, Muncar tidak hanya penting dari sisi ekonomi perikanan, tetapi juga menyimpan kekayaan tradisi spiritual yang sangat kuat.
Petik laut muncar memiliki makna mendalam sebagai wujud syukur atas hasil laut selama setahun dan permohonan keselamatan untuk tahun yang akan datang. Dalam tradisi ini, laut diperlakukan sebagai entitas yang hidup dan perlu dihormati, dijaga, serta diajak berdialog secara simbolis.
Ritual utama biasanya dimulai dengan doa bersama, pembacaan tahlil, dan selamatan yang diikuti seluruh warga. Setelah itu, sesaji atau tumpeng laut akan dilarung ke tengah lautan sebagai bentuk persembahan kepada “penjaga laut” dalam kepercayaan lokal. Ritual ini juga diyakini mengusir bala dan mendatangkan keberkahan.
Jadwal dan Rangkaian Acara Petik Laut Muncar 2025
Bagi masyarakat yang penasaran petik laut muncar 2025 kapan dilaksanakan, pelaksanaan utamanya digelar pada bulan Suro dalam kalender Jawa, yang bertepatan dengan tanggal 19 Juli 2025. Jadwal ini disesuaikan dengan siklus tradisional dan perhitungan adat oleh sesepuh dan tokoh masyarakat setempat.
Berikut ini rangkaian kegiatan utamanya:
- 17 Juli 2025: Malam tasyakuran dan doa bersama di Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
- 18 Juli 2025: Prosesi adat kirab budaya nelayan dan pengajian umum
- 19 Juli 2025: Puncak petik laut – kirab perahu gitik, pelarungan sesaji, dan pesta rakyat
Pada hari puncak, suasana Muncar akan berubah menjadi sangat meriah dan sakral. Warga berbondong-bondong menuju pelabuhan untuk menyaksikan kirab yang dimulai sejak pagi hari. Para peserta mengenakan pakaian adat, musik tradisional mengiringi perjalanan, dan seluruh kegiatan berlangsung dalam suasana damai.
Peran Tokoh Masyarakat dalam Pelaksanaan Tradisi
Tokoh-tokoh lokal memiliki peran penting dalam kelangsungan tradisi ini. Salah satu sosok yang menonjol adalah Desi Prakasiwi, anggota DPRD Banyuwangi, yang turut serta melepas kirab perahu gitik dan mendukung pelestarian budaya daerah. Dalam wawancaranya, ia menekankan pentingnya menjadikan petik laut sebagai agenda tahunan resmi yang didukung penuh oleh pemerintah.
Menurut Desi, petik laut muncar adalah warisan budaya luar biasa yang tidak hanya layak dilestarikan tetapi juga dikembangkan menjadi atraksi wisata budaya unggulan. Kehadiran pemerintah dan tokoh adat memberikan rasa legitimasi dan nilai sakral yang tinggi dalam setiap prosesi.
Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Lokal

Tradisi petik laut bukan sekadar kegiatan keagamaan dan adat. Lebih dari itu, kegiatan ini mampu menggerakkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif masyarakat sekitar. Sejak beberapa tahun terakhir, pelaksanaan petik laut muncar berhasil menarik ribuan pengunjung dari dalam dan luar kota.
Pengunjung bisa menikmati beragam pertunjukan budaya, pameran hasil laut, bazar UMKM, hingga kuliner khas pesisir seperti rujak soto dan sate kelapa. Sektor perhotelan dan penginapan juga mengalami peningkatan okupansi selama acara berlangsung.
Dalam konteks ekonomi lokal, petik laut menjadi momen penting untuk mengenalkan hasil perikanan Muncar kepada khalayak luas. Diharapkan acara ini semakin diperkuat dengan promosi digital dan dukungan anggaran dari pemerintah daerah agar mampu menjadi daya tarik wisata skala nasional.
Pelestarian Tradisi di Tengah Arus Modernisasi
Meski zaman terus berubah, masyarakat Muncar tetap setia menjaga tradisi. Hal ini tidak lepas dari upaya generasi tua yang terus mewariskan nilai-nilai petik laut kepada anak-anak muda. Pelibatan pelajar, mahasiswa, dan komunitas seni lokal dalam setiap pelaksanaan acara menjadi bukti bahwa regenerasi budaya ini berlangsung aktif.
Namun demikian, tantangan tetap ada, seperti komersialisasi berlebihan, perubahan cuaca ekstrem, serta minimnya dokumentasi digital yang memadai. Oleh karena itu, ke depan diperlukan sinergi antara pemerintah, komunitas budaya, dan akademisi untuk menjadikan petik laut sebagai model pelestarian tradisi berbasis masyarakat.
FAQ
Petik laut muncar 2025 tanggal berapa?
Digelar pada 19 Juli 2025 sebagai puncak acara tradisi.
Apa saja kegiatan dalam petik laut muncar?
Kirab perahu gitik, doa bersama, pelarungan sesaji, tasyakuran, dan pesta rakyat.
Siapa tokoh yang terlibat dalam pelaksanaan acara ini?
Desi Prakasiwi dari DPRD Banyuwangi turut melepas kirab dan mendukung acara.
Mengapa petik laut penting bagi masyarakat Muncar?
Sebagai bentuk syukur, permohonan keselamatan, serta bagian dari identitas budaya lokal.
Apa manfaat petik laut bagi sektor wisata?
Meningkatkan kunjungan wisatawan, memajukan UMKM lokal, dan memperkenalkan budaya maritim Banyuwangi.














